Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas
merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur atau siklus
dari berbagai kegiatan pembelajaran.
Kemmis dan Mc Taggart, (1992) menyatakan prosedur PTK dilaksanakan dengan 4
kegiatan utama atau tahapan yaitu Plan (perencanaan). Action
(tindakan),observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar
berikut.
1. Planning (Rencana)
Rencana merupakan kegiatan
pokok pada tahap awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan PTK. Dengan
perencanaan yang baik guru pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi
kesulitan dan mendorong guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai
bagian dari perencanaan, guru sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja
sama) dan berdiskusi dengan nteman sejawat untuk membangun kriteria dan
kesamaan bahasa dan persepsi dalam merancang tindakan perbaikan. Tahapan yang
dilaksaksanakan pada tahap perencanaan meliputi Identifikasi masalah, analisis
masalah, perumusan masalah, dan formulasi tindakan dalam bentuk hipotesis
tindakan.
a. Identifikasi Masalah
Pertanyaan yang mungkin timbul bagi guru pemula PTK adalah :
bagaimana memulai Penelitian Tindakan Kelas ? Untuk dapat menjawab pertanyaan
tersebut, pertama-tama yang harus dimiliki guru adalah perasaan ketidak puasan
terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukannya. Manakala guru
merasa puas terhadap apa yang ia lakukan terhadap proses pembelajaran di
kelasnya. Meskipun sebenarnya terdapat banyak hambatan yang dialami dalam pengelolaan
proses pembelajaran, sulit kiranya bagi guru untuk memunculkan pertanyaan
seperti di atas, yang kemudian dapat memicu dimulainya sebuah PTK. Oleh sebab
itu, agar guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk memperbaiki dan/atau
meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih professional, ia dituntut
keberaniannya untuk mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri
mengenai sisi-sisi lemah masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran
yang dikelolanya. Dengan kata lain guru harus mampu merefleksi, merenung, serta
berfikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada.
Dalam proses perenungan itu terbuka peluang bagi guru untuk menemukan
kelemahan-kelemahan praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan secara tanpa
disadari. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan secara maksimal potensi PTK bagi
perbaikan proses pembelajaran, guru perlu memulainya sedini mungkin begitu ia
merasakan adanya persoalan-persoalan dalam proses pembelajaran.
Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus
benar-benar merupakan masalah-masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek
pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahanyang disarankan, apalagi
ditentukan oleh pihak luar. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber)
dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi, pembelajaran dan hasil
belajar siswa.
Berbekalkan kejujuran dan kesadaran untuk mengidentifikasi
masalah, beberapa contoh pertanyaan yang diajukan guru pada diri sendiri (Wardani,
dkk, 2007).
Apa yang sedang terjadi di kelas saya ?
Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
Apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan?
Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Pada tahap ini, yang paling penting adalah menghasilkan
gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami oleh guru di
kelas. Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut, guru dapat berbuat
sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. Masalah dalam PTK
terkait dengan proses pembelajaran yang pada gilirannya menghasilkan perubahan
pada perilaku guru, mitra peneliti dan siswa.
b. Analisis Masalah
Setelah memperoleh permasalahan-permasalahan melalui proses identifikasi
tersebut, maka guru peneliti selanjutnya melakukan analisis terhadap
masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi penyelesaiannya. Dalam
hubungan ini, akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi
seperti misalnya penguasaan materi pelajaran pada topik pewarisan sifat, sikap
siswa dalam berdiskusi atau sikap siswa dalam melakukan percobaan. Permasalahan
tersebut jika tidak segera diselesaikan akan menimbulkan dampak negatif yang
besar (Tidak tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal, kurang kerjasama dalam
diskusi dan eksperimen). Walaupun demikian, tidak semua permasalahan dalam
pembelajaran yang dapat diatasi dengan PTK (seperti kesalahan-kesalahan faktual
dan/atau konseptual yang terdapat dalam buku paket). Beberapa hal yang perlu
menjadi pertimbangan bagi guru dalam menganalisis permasalahan adalah sebagai
berikut:
Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan
siswanya, atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang
memang diprogramkan oleh sekolah; Jangan memilih masalah yang berada di luar
kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya; Pilih dan tetapkan
permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas; Usahakan untuk bekerja
sama dalam pengembangan fokus penelitian; dan Kaitkan PTK yang akan dilaksanakan
dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
c. Perumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi dan menganalisisnya, maka guru
selanjutnya perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan
operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk
menetapkan tindakan perbaikan ( anya ative solusi) yang perlu dilakukannya,
jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur pengumpulan data serta cara
menginterpretasikannya. Disamping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan
dicobakan itu juga memberikan arahan kepada guru untuk melakukan berbagai
persiapan. Termasuk yang berbentuk latihan guna meningkatkan keterampilan untuk
melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud. Perumusan permasalahan yang lebih
tajam itu dapat dilakukan diagnosis kemungkinan- kemungkinan penyebab yang
lebih cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajaki pertanyaan alternatif
tindakan perbaikan yang diperlukan. Perumusan Masalah harus jelas, dinyatakan
dengan kalimat tanya. (dijelaskan lebih lanjut pada bagian penyusunan proposal
PTK). Inti suatu masalah adalah kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan
yang diinginkan.
d. Formulasi Solusi dalam
Bentuk Hipotesis Tindakan
Alternatif perbaikan yang akan ditempuh dirumuskan dalam bentuk
hipotesis tindakan yaitu dugaan mengenai perubahan perbaikan yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Jadi hipotesis adalah alternative yang
diduga dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan
penyelenggaraan PTK. Bentuk rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan rumusan
hipotesis ”penelitian formal”. Jika hipotesis penelitian formal
menyatakan adanya hubungan antara dua kelompok atau lebih, maka
hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara terbaik untuk
mengatasi masalah.
e. Persiapan Pelaksanaan
Tindakan
Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan berbagai
persiapan sehingga komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik.
Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :
menentukan
jadwal dan materi pembelajaran : membuat perangkat dan skanario pembelajaran (Silabus, RPP, LKS, dll) yang berisikan
langkah-langkah yang dilakukan guru,disamping bentuk-bentuk kegiatan yang
dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah
direncanakan.; Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di
kelas seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga, dll.; Mempersiapkan cara merekam
dan menganalisis mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga
dalam bentuk pelatihan-pelatihan; Melakukan simulasi pelaksanaan, sehingga
dapat menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang
sebenarnya. Dan Sebagai pelaku PTK, guru harus terbebas dari rasa gagal dan
takut berbuat kesalahan.
2. Action (Pelaksanaan
Tindakan)
Jika semua perencanaan
tindakan telah disiapkan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan action
tindakan perbaikan yang telah direncanakan dalam situasi yang Kegiatan pelaksanakan
tindakan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dan pada saat yang
bersamaan kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga diikuti dengan
kegiatan observasi
3. Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi
untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh
tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi
sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya.
Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan,
efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul. Secara umum
observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama
tindakan perbaikan berlangsung (dalam hal ini pada saat pembelajaran
berlangsung). Observasi dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Pada
observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menyiapkan kertas kosong untuk merekam kegiatan pembelajaran yang diamati. Pada
observasi tertutup, pengamat telah menyiapkan dan menggunakan lembar observasi
untuk merekam aktivitas pembelajaran yang diamati. fakta dan interprestasi,
namun juga tidak terseret oleh kaidah umum yang tanpa kecuali menafsirkan
interprestasi dalam pelaksanaan observasi. Apabila yang terakhir ini dilakukan sehingga
yang direkam hanyalah fakta tanpa interprestasi, maka akan dapat menimbulkan
resiko, bahwa makna dari perangkat fakta karena proses erosi yang terjadi dalam
ingatan, lebih-lebih apabila pengamat hasil observasi yang telah secara utuh
karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih apabila pengamat
adalah juga pelaksana tindakan. Observasi kelas akan memberikan manfaat apabila
pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Hasil diskusi diinterprestasikan
secara bersama-sama oleh pelaksana tindakan dan pengamat. Diskusi mengacu kepada
penerapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan untuk menentukan
perencanaan berikutrnya.
4.
Reflection (Refleksi)
Refleksi disini meliputi
kegiatan: analisis, sistesis, penafsiran (penginterprestasian), menjelaskan dan
menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan
yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada
pertemuan selanjutnya. Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang
telah terjadi dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum
berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil
refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya
mencapai tujuan PTK . dengan kata lain, refleksi merupakan kajian terhadap
keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara, dan untuk menentukan
tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya. Selanjutnya
dapat dilakukan analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket
tindakan perbaikan, mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan
dalam suatu siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalam hubungan ini, analisis data
adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengorganisasikan, dam
mengabstraksikan data secara sistematis danrasional untuk menampilkan
bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK. Analisis
data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data dan penyimpulan.
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan
dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah
proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif,
representasi grafis dan sebagainya. Sedangkan menyimpulkan adalah proses
pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisasikan tersebut
dalam bentuk pernyataan kalimat dan /atau formula yang singkat dan padat tapi
mengandung pengertian luas. Jika dari hasil analisis dan refleksi, hasil yang
didapat menunjukkan keberhasilan dan menurut peneliti (sebaiknya setelah
berdiskusi dengan sejawat) permasalahan sudah dapat diatasi, maka PTK
diselesaikan pada siklus 1. Jika dari hasil analisis dan refleksi, indikator
keberhasilan belum tercapai, maka dirancang kembali rencana perbaikan yang akan
dilaksanakan pada siklus 2 dengan tahapan kegiatan yang sama dengan siklus 1.
Penelitian dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus 3), jika hasil
siklus 2 juga belum memuaskan, dilanjutkan lagi dengan siklus berikutnya.
Mungkin anda bertanya-tanya berapa siklus PTK dilaksanakan? Pada dasarnya tidak
ada ketentuan berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung pada
ketercapaian indikator kinerja (keberhasilan) yang sudah direncanakan. Tetapi
sebaiknya PTK dilaksanakan tidak kurang dari 2 siklus.
DAFTAR PUSTAKA
Wardhani,Igak.2007.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Universitas
Terbuka
Arikunto, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara
izin mengutip untuk bahan PTK ya . terima kasih
ReplyDelete